Langsung ke konten utama

Pengorbanan

Tentu kita pernah menginginkan membeli barang yang pernah kita suka. Meskipun harganya mahal, tidak mungkin langsung membeli dengan gaji sebulan. Karena sudah lama menginginkannya, kita pun mulai menabung agar suatu hari dapat membeli barang itu. Kalau tiap bulan mungkin sedikit uang yang tersisa
untuk ditabung, ketika berniat untuk membeli barang impian, kita cukup rela untuk menahan diri agar dalam sebulan tidak membeli barang sebanyak yg kita suka.

Sing digawe sing dinggo. Ada pepatah Jawa bilang begitu. Apa yang dikerjakan akan berdampak pada diri kita juga. Nilai suatu hal tergantung berapa besar pengorbanan kita untuk memperolehnya.

Yesus mengingatkan muridnya untuk tidak sekedar menyebarkan retorika (muridnya menyangkal ttg diri-Nya 3 kali). Ada istilah I walk my talk. Apa yang gue omongin itu yang gue jalanin. Jadi Yesus mengajak kita untuk menghindari NATO no action talk only. Yg membuat kita berubah lebih baik itu bukan sekedar baca KS tiap hari, tapi implementasinya.






Tentu apa yg dilakukan Yudas dengan "mengorbankan" gurunya untuk sekian dinar itu tidak sama dengan pengorbanan yang saya maksudkan di sini. Saya tidak bisa interview beliau apa yg ada di batinnya sehingga dia melakukan itu, ya, selain bahwa untuk menjalankan skenario Allah memang ada tokoh antagonis yang memperlancar jalan cerita. Tapi sekali lagi apa yg dilakukan Yudas Iskariot bukanlah "pengorbanan" karena dia melakukannya dengan sikap kurang cinta pada gurunya. Memang tujuan Yudas adalah sekian dinar, cukup banyak yang membuat dirinya ngiler dengan iming-iming itu, tetapi harga yang dibayarnya dengan
menunjukkan di mana Yesus dapat ditangkap kemudian, tidaklah menunjukkan keteguhan hati untuk melalui penderitaan. Kalau diibaratkan dengan nilai kurs sekarang nilainya jauh nol koma nol.   

Jadi yang dimaksud soal pengorbanan di sini adalah harga suatu hal yg mau dicapai. Otomatis suatu yg mahal itu butuh pengorbanan yg besar bagi orang yang tidak langsung punya uang sebanyak itu untuk satu kali gaji, misalnya. Ada kesusahan yang dengan penuh kerelaan mau untuk dilalui.

Jadi nilai pengorbanan itu relatif tergantung siapa yg mau melakukan dan demi apa. Tetapi seperti tidak ada yang gratis di dunia fana ini, untuk mau ikut Yesus pun harus ada pengorbananNya. Setia dalam penderitaan melakukan yang benar menurut versi Allah.

Nihil Obstaat: A. Setyawan, SJ

Komentar