Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2008

Cewek Matre, Memangnya Semua?

" Cewek matre... cewek matre... ke laut aje.. ." seorang rapper muda Indonesia, menyanyikan syair tersebut... Saya jadi tersinggung, heheheheh... terutama karena saya cewek yang (percayalah) ga matre ...:D Bukan berarti tidak butuh uang, atau materi, tapi maksudnya, saya bukan-lah perempuan yang money oriented ... Mudah-mudahan ada lebih banyak perempuan yang mengemukakan pendapatnya seperti saya kemudian, mungkin dengan alasan logis yang berbeda... Yang lebih penting jangan biarkan stereotype seperti itu menimpa perempuan...Mengapa? Alasan logisnya, versi saya, dapat ditemui setelah selesai membaca artikel ini. Saya bukan seorang feminis... Jadi, kalau saya bicara soal perempuan, terutama bukan karena saya membela kaum Hawa untuk melawan kaum Adam, atau bukan karena saya ini perempuan, tapi karena saya sering tidak menyetujui perlakuan tidak adil terhadap perempuan sebagai second class dalam masyarakat. Rasa kemanusiaan... bahwa setiap orang berhak mendapat penghargaan

Pak Tani Tertimpa Kapitalisme Komprador (2)

Dengan sistem desentralisasi yang dicanangkan oleh pemerintah untuk pedesaan, pada prakteknya, ternyata kebijakan desa masih diatur pemerintahan daerah. BPD sebagai sarana aspirasi rakyat pedesaan masih belum berfungsi secara optimal. Meski kapitalisme komprador ini juga menimpa praktek alokasi dana APBD, menurut berita salah satu koran nasional, Desa Bendar Juwana, Pati Jateng taraf hidupnya di atas rata2 desa nelayan yang lain. Daripada menunggu dana dari pemerintah, baiknya kita pelajari hal-hal yang diterapkan di desa tersebut: Social Trust berjalan sempurna ditandai dengan gotong royong dan persaudaraan sebagai relasi kekerabatan Keterlibatan perempuan dalam proses produksi dan penjualan hasil tangkap Hilangnya sistem ijon (lintah darat) diganti pola lembaga keuangan dengan dasar sistem bagi hasil Berikut data kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) 2008: Desa Maju 52.03 % Desa Amat Maju 2.11 % Desa Tertinggal 41.97 % Desa Amat Tertinggal 3.89 %

Pak Tani Tertimpa Kapitalisme Komprador (1)

Sejak jaman kerajaan-kerajaan di Nusantara ini masih berjaya, sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Jangan lupa bahwa bangsa asing yang datang dengan semangat kolonial itu sangat menginginkan hasil bumi rempah-rempah. Namun mungkin tidak banyak orang menyadari potensi negara agraris ini kemudian, setelah merdeka, harusnya menjadi potensi kemakmuran bangsa. Indonesia sempat menjadi negara pengimpor negara terbesar di era 70-an yang kemudian mencapai swasembada pangan pada Juli tahun 1986 sehingga pemerintah mendapat penghargaan dari FAO . Namun rupanya prestasi tersebut tidak lagi dapat dipertahankan karena Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras yang praktek distribusinya menghimpit ekonomi petani di negeri sendiri. Mengapa? Sarana produksi terlalu mahal sehingga margin antara harga produksi dengan harga jual menjadi sangat tipis. Meskipun Indonesia sempat menerapkan revolusi hijau (metode dan tehnik pertanian yang membuat padi tahan hama, responsif