Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2005

Persaudaraan yang Berakar dalam Yesus Kristus

Berita Sepekan, Minggu, 28 Mai 2000 Kunti melambaikan tangannya ke arah Santa yang tengah sibuk merapikan sarung batik di rumah sebelah pastoran. “Hai, ape bener ini Misa Mudika, kok nyang datang Babe-babe ame Nyak-nyak?”, Kunti mencoba berbahasa Betawi sambil menghampiri Santa yang kemudian beranjak ke ruang kor. Sekejap ruang kor penuh dengan busana warna-warni bersarung batik tulis yang dikenakan oleh kaum putri dan busana hitam model beskap Betawi yang dikenakan oleh kaum putra. Mereka semua mempersiapkan diri dengan lagu pembukaan berjudul ‘Seluruh Jemaat Datanglah’. Kemudian disambung dengan lagu-lagu lain yang berirama Betawi dengan iringan gitar dan biola, menambah semaraknya suasana dalam gereja. Barisan abang none ini sesekali berjoget meningkahi irama musik dan lagu yang sederhana namun lincah dan riang. “Wah ordinariumnya juga lagu Betawi”, bisik Kunti kepada rekan di sebelahnya yang tenyata datang dari paroki Servatius, Kampung Sawah, tempat nongkrongnya orang Betawi nyang

Taize-Pelayanan Kasih

Berita Sepekan, Minggu 26 September 1999 Seorang Mbak-mbak tersenyum manis dan menyebarkan selebaran kepada Santo dan Santa yang baru saja tiba. Masing-masing dipersilakan mengisi buku tamu. Malam ini adalah seperti yang pernah tercantum di Berita Sepekan yang lalu: Ibadat Doa Bersama Taize (baca: tese), di Aula SD Tarakanita II. Kebetulan saja Santa mendapat undangan resmi sebagai wakil Koor Mudika Wilayahnya. Ia merasa tertarik untuk bergabung bersama-sama dalam Ibadat yang unik ini. Santo melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan Pk. 19.00 lebih sekian menit. Panitia penyelenggara segera mengajak para peserta untuk langsung menuju tempat berlangsungnya Ibadat. Di sana sudah disediakan lilin-lilin, sebuah salib besar dan seperangkat sound system. Sambil menunggu kedatangan kelompok Taize dari Paroki Bonaventura, Pulo Mas, Jakarta Timur, Panitya mengajak seluruh umat untuk berlatih bernyanyi. Tak lama ruangan pun sudah penuh dengan lagu-lagu 4 suara yang syahdu dengan petikan git

Karl Theodor Wolf, SJ: Salam Sejuk dari Muntilan

„Inge yang baik, Bersama ini saya mengirim artikel yang diinginkan. Untunglah, selesai sebelum makan siang! Tadi pagi saya kunjungi TK Katolik untuk sebuah Ibadat Sabda Sederhana dan main sulap. Hampir saya tidak diberi kesempatan pulang untuk mengerjakan tugas saya yang sudah dijanjikan. Nah, inilah dia. Salam sejuk Muntilan, dari P. Wolf SJ“ Tulisan ini saya kutip dari ketikan tangan Romo Wolf via email. Menjawab permintaan saya, beliau termasuk sangat helpful . Seperti beliau bilang, “salam sejuk dari Muntilan”, sejuk juga membaca tutur tulisannya mengenai kedekatannya pada anak-anak yang membuat beliau pun bisa menularkan 'virus panggilan' -nya. “Nama lengkap saya Karl Theodor, lahir di Laudenbach, Jerman Barat, tertanggal 4 Januari 1945. Nama Ayah dan Ibu adalah Josef dan Josefine Wolf. Lama bermukim di Indonesia, saya memilih berganti nama Adi Nugroho. Hobi saya main sepak bola. Selain itu juga senang berenang dan main musik. Warna kesukaan saya biru azur…lagu favourite

The Elements of Journalism

What Newspeople Should Know and The Public Should Expect (Paperback) Bill Kovach dan Tom Rosenstiel Prinsip-prinsip universal yaitu sembilan elemen jurnalisme diantaranya: 1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran . 2. Loyalitas pertama jurnalisme pada warga . 3. Intisari jurnalisme adalah disiplin verivikasi . Yang dimaksud verifikasi adalah memastikan kembali ( check and re-check ) informasi atau berita yang akan dimuat di media. Hal itu terkait dengan elemen pertama, agar kebenaran sebagai kewajiban dapat dijalankan maka memastkan kembali info adalah hal yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Jadi gosip dan issue yang tidak jelas asal-usulnya harus dipastikan dulu sebelum dimuat di media. Contoh: ketika bom marriot saya memberi info soal bunyi ledakan keras di area kuningan ke detik.com. Untuk memastikan bunyi ledakan keras itu bom atau bukan, saya minta teman di detik.com untuk turun ke lapangan sendiri (proses verifikasi). 4. Para praktisinya harus menjaga independe

Menanti Boss Sampai Penghabisan

"Kalau kerjaannya sekretaris ya mesti setia nungguin Boss di kantor, kalau udah boleh pulang baru deh pulang", temanku berujar sambil bergegas ke luar kantor. Sedangkan aku masih menempel pada bangku kerjaku. Pernah ketemu di pintu lift, saya mau keluar, pulang, beliau malah mau masuk, kerja, jam sudah menunjukkan habisnya office hour. "Udah mau pulang?" boss bertanya keheranan, mungkin dipikirnya kurang ajar sekali sekretaris gw satu ini, mau pulang nggak pamit dulu. "Iya Bu, Ibu masih ada tugas buat saya" "Iya seh" "Kalau gitu saya masuk lift lagi," kata dan tindakan saya sinkron, saya masuk lift lagi bersama-sama boss yang katanya orang2 saya mirip dia (bukan sebaliknya karena jelas beliau lebih berkualitas dari saya). "Lalu dia lihat bawaan saya, dari bawah ke atas,"Besok pagi aja deh, nanti saya dimarahi pacarmu." YES!

Profil Klerus

Ada yang menyebut diri saya klerus-wati , karena selama dua kali nulis di media komunitas, saya menulis profil seorang Pastor . Ingin saya menulis profil seorang Wartawan Senior atau Ibu Rumah Tangga yang lebih mudah dijumpai di mana-mana. Tetapi saya punya beberapa alasan. Kalau mau ikut teori jurnalistik, saya pilih profil seorang klerus terlebih karena 3 nilai berita, plus 2 (pandangan saya): 1. INTEREST Atau kepentingan komunitas. Mereka harus mengenal pribadi ' gembala' nya, untuk tahu bagaimana harus bekerja sama. 2. AKTUAL Saya pilih klerus fresh artinya yang baru ditahbis. Semakin fresh beritanya, semakin tertarik orang membacanya. 3. FAMOUS Sedikitnya, seorang klerus bisa dipastikan terkenal yang bisa berarti: 1. tidak sengaja dikenal: 2. paling dikenal: di antara umat tempat ia berkarya. 4. KEPRIHATINAN Lebih banyak calon Pastor yang jebling daripada yang jadi. Bahkan ada lagi yang cucul jubah. 5. FRIENDSTER Jadi seorang friendster (keep making friends) . Mereka