Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

Tragedi Pus Mungil

"Dia mati," Ropik kembali masuk ke dalam rumah. "Hah?," aku kaget beneran. Iya, tidak menyangka pus mungil itu tiada secepat itu. "Tadi sekelebatan aku melihat buntut kucing dewasa," Ropik terduduk dengan wajah setengah tidak percaya. "Dan itu induknya. Leher si Kuneng terluka seperti bekas gigitan." "Kamu mau bilang induknya yang..?" Ini tidak sesuai harapan. Menyedihkan. Bencana kehewanan.  "Padahal aku taruh Soklat dan Kuneng di depan rumah supaya... " lelaki tinggi legam itu tidak melanjutkan bicaranya. "Supaya induknya menemukannya dan memberinya susu. Atau supaya ada yang kasihan dan memeliharanya," aku cepat menukas, memastikan jalan pikiranku sama dengan pria ini. Ropik mengambil tanah dan pasir dan menaruhnya dalam ember semen. Si Kuneng yang malang dikuburkan dengan hormat.  "Eh, ke mana si Soklat?" hanya Kuneng yang kulihat ditimbun tanah. "Mungkin dibawa induknya, mungkin diambil orang, aku

University of Life

Nihil Obstat: Andreas Setyawan, SJ Kemarin siang saya sempat adu argumen dengan boss yang tidak mau approve perpanjangan visa orang riset lapangan karena dia harus tinggal lebih lama di luar negeri karena sakit tipus dan covid. Menurutnya itu bukan tanggung jawab proyek ini. Akhirnya saya ingatkan lagi bahwa keberadaan dia di luar negeri sejak awal khusus untuk proyek ini. Tanpa kehadiran dia proyek ini tidak akan jalan, dan saya menawarkan untuk mengusulkan tambahan overhead cost karena perusahaan mesti membayar 20 persen dari nilai expense vendor luar negeri di mana tidak ada tax treaty antara dua negara. Saya juga mengacu pada pasal force major. UUD, ujung2nya duit. Kejadian ini membuat saya ingat pesan pastor retret ketika saya masih belajar di SMP swasta Jakarta, "Ingatlah cuma ada 2 kehendak dalam hidupmu, kehendakmu manusia dan kehendak Tuhan." Di situasi pandemi ini sekeliling saya sudah beberapa orang positif covid dan kantor semakin sepi dan tentunya mereka yang sed