Langsung ke konten utama

True Gift

Sewaktu saya memperingati 1000 hari meninggalnya Eyang Putri di rumah tinggal beliau di dusun Kulon Progo, tempat ibu saya dilahirkan, saya mengingat kenangan ajaran beliau yang diakui sebagai warisan berharga oleh keluarga besar yang pernah dihidupinya.



Meskipun kebetulan nafas hidup keluarga besar Eyang itu diwarnai agama Katholik dan Islam, keluarga Eyang terkenal dengan sifatnya yang selalu memberi, terlibat dalam kegiatan bermasyarakat.

Spiritualitas 'memberi' sangat menginspirasi hidup saya sampai akhir2 ini. Dan saya ingin membagikannya kepada yang senang membaca blog saya ini :)



Memberi: Memberi APA?



Sewaktu saya masih bekerja di salah satu institusi pendidikan, saya membantu seorang boss yang kebetulan mengajar dan menghayati masalah Etika Bisnis, membuat buku pedoman Anti Bribery.



Salah satu yang menarik dalam modul penyadaran tersebut adalah bahwa orang yang menerima kolusi atau korupsi pun harus menerima sangsi yang berat. Tip disebut sebagai salah satu bentuknya. Di sini dilemanya. Satpam kami bercerita,"Bu Direktur pernah marah sama saya..." "Kenapa?" "Karena saya mau taat peraturan, saya menolak pemberian tip dari dia. Besoknya sampai sekarang, dia tidak pernah mau menegur saya lagi. Rupanya beliau tersinggung Mbak karena pemberiannya ditolak."



Memberi: Haruskah Diterima?



Bude kami pulang dengan wajah hampir menangis. Gara2nya? Saya dan suami menolak pemberiannya: kasur, tempat tidur, lemari, dan meja, pada saat saya masih pengantin baru.

Alasannya? Kami ingin merasakan hidup dengan tahap-tahap yang urut bukan melompat, kalau kami belum punya rumah ya, jangan dulu punya barang2 yang menyulitkan kami untuk berpindah-pindah.



Teman rohaniwan bilang, memang, kalau kita memberi dengan tulus itu artinya termasuk juga siap kalau pemberian itu ditolak, meskipun lebih sedih ketika pemberian kita ditolak orang.



Memberi: Lebih Penting Kuantitas atau Kualitasnya?



Reality Show yang diprakarsai Oprah, yaitu Big Give baik tujuannya. Tapi jika penonton berkesimpulan bahwa untuk dapat memberi kita harus punya banyak uang, kesempatan memberi tidak pernah ada untuk orang marjinal.



(To be Continued)

Komentar