Langsung ke konten utama

Batas Modernitas

Semakin lama saya semakin percaya bahwa theory comes after practice. Kalau sampai sekarang kita masih mengingat siapa penemu-penemu benua Amerika, gravitasi bumi bahkan teori piramida kebutuhan, sekaligus kita perlu mengingat bahwa untuk sampai pada penemuannya mereka punya proses pengalaman, eksperimen, percobaan dan penelitian yang cukup panjang. Mereka sudah mengalami sesuatu. Teori atau pun produk yang muncul kemudian adalah hasil dari praktek-praktek yang mereka lihat, amati atau coba sendiri.

Tidak heran mereka yang mudah merusak adalah mereka yang tidak pernah mengalami atau mencari tahu sendiri bagaimana proses mencipta.

Setiap penemuan baru, atau aturan baru membutuhkan eksekutor yang mau dan mampu berubah. Mana yang lebih penting? Hasil penemuan itu secara langsung menunjukkan modernitas dengan sendirinya atau masyarakatnya yang diharapkan dinamis yang kemudian boleh langsung dicap modern? Kalau kita tengok kesederhanaan suku Badui, mereka punya landasan filosofi yang tetap logis saat ini demi menjaga nilai budaya mereka agar tidak punah. Generasi mereka yang terakhir bersedia datang memenuhi undangan acara Empat Mata dan beberapa waktu lalu mampu menjawab apa alasan logis tradisi2 dalam adat Badui dipertahankan....

Mana yang lebih menunjang modernitas, antara mereka yang menjaga budaya dengan mereka yang impulsif merusak fasilitas umum? Apakah modernitas itu identik dengan tehnologi? Bukankah modernitas itu proses yang tiada berujung? Apakah nilai budaya akhirnya hanya jadi komoditi?

Komentar