Langsung ke konten utama

Sepatuku Menara Pisa

Janji dengan tukang sepatu delivery ditepati, meski lewat sehari. Pada hari yg dijanjikan sebelumnya, banyak tamu yg datang ke Kios. Jadinya dia tidak bisa pergi. Perawakannya gemuk tidak seperti yang saya perkirakan. Beliau sudah siap dengan tas besar dengan gambar model2 sepatu dan bahan yang bermacam-macam.

"Pak, habis ini ada acara ngggak? Tunggu sebentar ya, teman-teman saya sudah terlanjur keluar untuk makan siang. Mungkin mereka baru kembali jam 13.00."
"Nggak apa-apa Mbak, saya tunggu saja" kata Pak Didin dengan manisnya.
"Silakan diminum dulu," saya menawarkan minum Aqua gelas.
Sementara itu saya melihat-lihat model dan bahan. Saya pilih satu model maskulin dengan hak 5 CM, dan ukuran kaki 39.
Teman-teman memesan dengan model aneh-aneh dan Bapaknya harus membawa model sepatu yg sdang dipakai
"Wah nanti saya nyeker dong" kata sekretaris Moderator Bedah Bisnis.
"Yah kalo nggak dibawa saya nggak berani," kata Pak Didin dengan sedikit memelas.
"Kapan jadi Pak? Besok?" kata Administrasi Partnership.
"Minta berantem" kata Centilwati.
"Seminggu sampai sepuluh hari," jawabnya cepat.

Ibu Extra Large menunjuk sepatuku yang udah seperti menara pisa,
"Hey itu udah harus dibuang"
"Iya Mbak makanya aku mo bikin sepatu," aku jawab dengan senyum kecut.
Cuma aku yang dalam keadaan "terdesak". Kondisi yg parah ini akibat perkosaan hak sepatu untuk istirahat dari pemakaian 5 hari seminggu, bolak-balik jarak 4 kilo Kantor-Kos. Ditambah lagi tekanan naik-turun tangga lantai 1 sampai lantai 4.

Nggak sabar nunggu Pak Didin ke kantor lagi.
"Pak kalo mau ke sini kabarin si Cantik ya biar kita siapin uangnya" kata Bu Extra Large.
"Baik, Bu."

Komentar