Berita Sepekan, Minggu, 28 Mai 2000 Kunti melambaikan tangannya ke arah Santa yang tengah sibuk merapikan sarung batik di rumah sebelah pastoran. “Hai, ape bener ini Misa Mudika, kok nyang datang Babe-babe ame Nyak-nyak?”, Kunti mencoba berbahasa Betawi sambil menghampiri Santa yang kemudian beranjak ke ruang kor. Sekejap ruang kor penuh dengan busana warna-warni bersarung batik tulis yang dikenakan oleh kaum putri dan busana hitam model beskap Betawi yang dikenakan oleh kaum putra. Mereka semua mempersiapkan diri dengan lagu pembukaan berjudul ‘Seluruh Jemaat Datanglah’. Kemudian disambung dengan lagu-lagu lain yang berirama Betawi dengan iringan gitar dan biola, menambah semaraknya suasana dalam gereja. Barisan abang none ini sesekali berjoget meningkahi irama musik dan lagu yang sederhana namun lincah dan riang. “Wah ordinariumnya juga lagu Betawi”, bisik Kunti kepada rekan di sebelahnya yang tenyata datang dari paroki Servatius, Kampung Sawah, tempat nongkrongnya orang Betawi nyang...
We are on a journey but sometimes seem to have lost our way and we need a bridge. To have fragile or strong bridge depending on the man effort to maintain it. Not patronizing. Not a personal indulgence. Not disrupt the private and the public. Take the universal values that can be owned.