Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Kabar Baik

Nihil Obstat: A. Setyawan, SJ "No News is a Good News," seorang teman berkilah ketika saya protes, "Kok,  jarang kelihatan? Nggak kasih kabar, nih?" Saya bertemu lagi dengannya tanpa  sengaja.  Ketidakpedulian. Atau ia tidak menyadari sepenuhnya bahwa keberadaannya di  tengah teman-temannya punya arti. Ketika saya tanya, "Ada cerita apa?" Dia  hanya senyum. Mungkin dia sedang menghadapi masalah yang tidak ingin ia  bagikan pada kami. Pada akhirnya nanti ia akan cerita pada kami, satu geng  homogen perempuan.   Cerita yang disampaikan seorang pada yang lain seringkali disertai agenda  tertentu. Atau, sebaliknya seperti teman saya itu, sumber berita tidak ingin  melibatkan calon pendengarnya, dia memilih berkata "No News is Good News."  Cerita yang menarik yang menjadi bacaan liturgi hari ini adalah keengganan  orang untuk menceritakan kebenaran pada sekitarnya. Hal ini ditunjukkan  dengan sikap mau menerima sejumlah uang tutup mulut. Tida

Setia

Kata RA Kartini "Setia membutuhkan pengorbanan yang besar, bahkan lebih dalam dari cinta."  Saya setuju kalau semboyan itu diterapkan bukan pada orang yang tidak setia. Karena saya sempat heran, untuk apa setia pada orang yang tidak setia? Harusnya, jika Yesus memilih setia pada kondisi tertentu saja, Yudas Iskariot sudah diusir seperti di sinetron. Yesus tahu yang akan terjadi, hal yang pahit bagi-Nya di masa depan, tapi tetap setia pada proses. Di kelas pendidikan formal atau di sanggar musik, tari atau bahasa yang pernah saya ikuti, tidak jarang guru kami jadi cerewet mengingatkan berkali-kali kalau ada yg salah lebih dari sekali. Sebagai murid yang setia, kita akan terus mendengarkan, sebagai guru yang setia ia akan sabar menegur. Marilah kita tetap setia seperti antara guru dan murid, terhadap sesama kita dan Tuhan. Yes. 50:4-9a ;  Mzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33-34 ; Mat. 26:14-25 .  BcO  Yer. 15:10-21 Nihil Obstaat: A. Setyawan, SJ