Langsung ke konten utama

Doakan Saja

"Aku harus pergi jauh dari sini," Diko menatap jauh ke luar jendela. 
"Mengapa harus begitu?" aku membalikkan badan Diko ke arahku.
"Namaku sudah cemar, begitu aku diberi kabar bahwa aku dikeluarkan dari perusahaan, HRD sudah bilang aku masuk black list, semua agensi riset di Jakarta tidak akan ada yang mau terima aku."
"Kamu salah apa?" aku mengernyitkan kening, Diko jarang cerita lengkap.
"Tidak akan ada yang peduli aku salah apa, semua sudah terlanjur," Diko berujar dan tampak cemas sekali.
"Kau masih punya kesempatan untuk menjelaskan kepada mereka, Diko," aku berusaha menenangkan hatinya.
"Tidak perlu, aku tidak akan lagi kerja di Jakarta," Diko cepat-cepat menukas.
"Lalu kau mau tinggalkan aku?" sekarang nada suaraku meninggi.
"Bagaimana lagi?" sekarang suara Diko melembut.
"Bagaimana hubungan kita?" suaraku kali ini tidak bertenaga.
"Tetap sama," suara Diko tampak tegas.
"Aku tidak bisa," setengah menangis kuberkata.
"Bisa, selama kita masih bersama. Doakan saja."

Gelato Secret, suatu masa.


Komentar