"Saya tidak akan merokok lagi, 11 Februari 2011." "Apa itu?" "Lho itu status twitter kamu sendiri" "Lho, aku pernah menulis seperti itu?" "Kamu lupa ya?" Dika tertawa geli. Giginya dan bibirnya yang saingan hitamnya malah membuatku takut. Itu tanda dia tidak pernah berhenti merokok. Bahkan setelah 8 tahun kemudian. Batuknya membuatku semakin takut. Batuknya malahan berhenti ketika dia menghisap batang beracun itu dalam dalam. "Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu mau bilang rokok itu memperpendek usia kan?" "Apa teori itu sudah terbantahkan?" "Umur itu di tangan Tuhan, bukan di tangan pemilik pabrik rokok." "Semua perokok berat akan bilang begitu." Lama setelah percakapan itu aku tidak mendengar kabar tentang Dika. Sampai suatu ketika aku berkunjung ke Dharmais, aku melihat dia berdebat dengan pegawai medis. Tampilannya berbeda, lebih segar dan bersemangat. Rupanya dia ketahuan sedang menawarkan ...
We are on a journey but sometimes seem to have lost our way and we need a bridge. To have fragile or strong bridge depending on the man effort to maintain it. Not patronizing. Not a personal indulgence. Not disrupt the private and the public. Take the universal values that can be owned.