Langsung ke konten utama

'Mbak' Di Pohon Rambutan

"Rini, kalian hanya tinggal berdua di Pondok Petir?" Blacky temanku bertanya, penasaran sekali dia. "
"Ah tidak, aku hanya berdua dengan si 'Mbak' yang di pohon rambutan."
"Haduh, berdua yang kau hitung harusnya kau dan suami, dong," Blacky membantah, mukanya tegang dan serius.
"Hahaha, dia ada di Palu," kataku sambil tertawa karena merasa lucu.
Sebenarnya tidak lucu. Aku pernah merasa ketakutan luar biasa ketika seorang tukang ojek sibuk melihat-lihat ke atas dan bilang,
"Tante, pohon ini harus dipasangi paku."
"Mengapa? Ada yang tinggal di atas situ, ya?" aku ikut-ikutan melihat ke bagian puncak pohon rambutan.
"Iya, Tante, tadi saya tanya 'apa yang kamu lakukan di atas pohon?.' Begitu, Tante."
Aku tidak menanggapi dia dengan diam saja. Aku tidak suka dengan orang yang sombong dengan kemampuannya.
Dalam hati aku bilang padanya:
'Saya tidak akan pasang paku, Mas. Biar saja dia ada di atas pohon. Lagi pula, saya sayang pohon."
Aku bukannya tidak tahu bahwa ada yang menemaniku di sekitarku di rumah. 
Suatu kali aku hampir berdebat tidak penting,
"Tante, kemarin Joana panggil-panggil. Tapi mengapa Tante diam saja?" tanya Bu Wanti seorang tetangga yang punya cucu ceria bernama Joana, yang sering memanggil aku ketika lewat depan rumahnya.
"Lho, kapan?"
"Malam Jumat."
Aku ingin bilang bahwa aku pulang hari jumat malam, tapi aku menghindari kebingungan.
"Oh maaf, ya, Bu, saya tidak dengar."
Dia menyamar jadi aku, untung Joana tidak apa-apa. 
"Bu, sebaiknya Joana jangan bermain keluar selepas maghrib apa lagi sampai larut malam," aku menatap dia lekat-lekat. Aku bersyukur setelah kejadian itu Joana hanya bermain di luar rumah sampai sebelum maghrib.
Di lain hari, lampu samping mendadak mati ketika sedang hujan, dan aku melihat bayangan wanita berambut panjang dan berbaju putih lewat.
Lain waktu lagi, sudut mata melihat bayangan mengawasiku dan pergi.
Mereka memang ada, karena mereka lebih dulu di sini ketika tanah kosong subur dan lebat ini kami babat dan kemudian rumah berdiri. Mereka tinggal di rumahku lebih dulu, dan Tuhanlah yang menjagaku. Amin.

Komentar