Langsung ke konten utama

Obeng Raja Pingpong


Tulisan di bawah ini adalah hasil ketikan saya saat mengikuti lomba "Tantangan Menulis bersama Prisca dan Moemoe".. seperti scrap paper, sayang untuk dibuang, siapa tau bacaan ini bisa membuat kita senyum-senyum dikit. Kalau agak aneh, harap maklum karena baru kali ini saya menulis kreatif dengan batasan 3 kata kunci Obeng Raja Pingpong dan deadline selama 30 menit. :) Pada akhirnya tidak mencapai 500 kata juga. :) Selamat membaca.


“Selamat pagi,” aku senyum semanis mungkin di depan beberapa orang yang masih mengantri mandi.
“Buru-buru amat, Ping,”  tetangga kos baru tersenyum simpul membalas senyumku.
“Iya, nih ada dosen baru di kampus, ga sabar pengen lihat bagaimana orangnya.”
Srrrrt…. Srrrt.. Vannilla Body Mist pindah ke badanku. Segar. 
Diiin… Diiin… Suara klakson mobil terdengar di depan kos. Aku setengah berlari mengambil tas dan menghampiri  Dino yang sedang melongok di jendela mobil.
“Tumben, lu, udah siap,” Dino nyengir. Segera aku mendarat di sebelahnya.
“Yuk, cabut.”
Aku menggeser sedikit posisi kaca spion depan. Rambut disisir agar berbaris lebih rapi sedikit.
“Waduh, paperku ketinggalan,” aku setengah berteriak.
“Mmmm, kebiasaan.” Dino menukas dengan nada malas.
“Kita balik lagi nih?”
Aku nyengir.
Segera mobil berbalik arah. Tidak ada injakan rem.
 “Haduh, pelan-pelan, ngapa, Di.”
“Katanya lu mau ketemu sama dosen baru? Dan lu nggak mau telat seperti biasanya?”
“Hehehe…”
Setengah berlari aku menuju ke kamar kos dan ternyata kunci kamar kosku tidak ada di tas. Haduh. Kos sudah sepi, teman-teman yang lain sudah berangkat. Aku memencet nomor Ibu Kos. Syukurlah, ada suara cempreng di sebelah sana.
“Halooo. Siapa ya?”
“Ini  Ping-Pong, Bu. Maaf mengganggu.  Saya ada sedikit masalah nih Bu.”
“Ada masalah apa? WC mampet lagi?”
“Bukan Bu. Lebih gawat lagi, saya kemalingan.”
“Hah? Kok bisa, kamu lupa kunci kamar kos lagil?”
“Bukan, Bu,  lebih gawat dari itu. Kunci kamar kos saya yang hilang.”
“Hah? Haduh, Ibu nggak mau tahu. Dulu kamu sering lupa kunci kamar kos, sekarang kunci kamar kos kamu yang hilang. “ Klik. Telpon terputus. Ibu kos ngamuk.
Aku lemas. Yang dipikirkan sekarang adalah bagaimana supaya sampai kampus tidak telat untuk ketemu dengan dosen baru dan supaya bisa mengumpulkan paper untuk dosen killer.
Di pintu kamar kos ada post it yang ditulis: "Raja Lupa, aku bawa kunci kamar kos ya biar kamu nggak kemalingan lagi. Dea"
Haduh. Aku segera pergi ke tetangga.
“Permisi Pak Pong, boleh minta tolong? Saya mau pinjam obeng.”
“Untuk buka pintu kamar saya. “
“Lha?”
“Nanti saya ceritakan.”
“Oke sebentar ya. “  Pak Pong masuk ke dalam dan mengambilkan obeng.
Kami berdua bergegas menuju   kamar kosku. Dino nongkrong di depan. Menghisap rokoknya dalam-dalam.
“Cepetan, ah!”
“Sabar.”
Seperti James Bond kami berdua membongkar rumah kunci. Haduh susah.  Ternyata masalah selanjutnya adalah rumah kuncinya rusak. Kami berdua pun mengangguk satu sama lain.
“Satu, dua, tiga”  Braaaak….
Pintu terbuka dengan sukses. Aku segera membongkar lemari dan mencari paperku. Dapat.
“Pak, titip kamar kos ya?!”
“Hah?”
Aku dan Dino segera berangkat, tidak menyahuti.
Gerbang kampus hampir ditutup. Mobil diparkir di luar.
“Selamat siang, nama saya Ping.” Seorang wanita muda menyebutkan namanya di depan  kelas.
“Dosen baru.” Dino menunjuk dengan dagunya.  
 “Selamat siang, Bu.”
“Selamat siang, Raja telat” koor anak-anak di belakang terdengar dengan cekikikan.
Sial. Mereka merusak reputasiku. 
“Wah, Ping-Pong nih,” kata Dino.  

Komentar