Convert... bukan berarti mengubah bentuk file soft copy ke bentuk software berbeda yang berbeda. :) Tapi mirip-mirip sih ya. Kali ini yang saya maksud lebih dalam nilainya. Soal keyakinan, pegangan hidup, iman, agama dan lain-lain, jika ada di antara pembaca yang punya istilah sendiri.
Suatu kali saya tanya pada seorang pastor,
"Mo, pegangan hidup orang atheis itu apa ya?"
Email saya tidak dijawab. Lalu email saya kirim kembali dan saya terima jawaban yang setengah marah-marah.
"Orang atheis itu ya tidak punya pegangan hidup tho Nge. Nggak punya iman, harapan dan cinta. Kalau ada orang atheis yang merasa pegangan hidup dan tidak merasa kosong, mungkin sebenarnya dia tidak atheis."
Oke, tapi saya kadang merasa empty. Apakah sebenarnya saya sedang meniadakan Tuhan?
Ada beberapa peristiwa yang kalau dicarikan hubungan kausalnya, sampai saat ini belum dapat saya temukan. Mereka adalah 3 orang yang hadir dalam hidup saya. Tidak ada yang kebetulan dalam nama Tuhan. Mungkin saya alami sekarang saya tidak mengerti tetapi saya yakin suatu saat saya akan mengerti.
Sekar Cinta
Saya sempat menertawakan seorang teman yang dengan gegap gempita mengatakan bahwa dirinya akan dibaptis di gereja. Namanya Nurul dan setelah dibabtis namanya menjadi Esther Sekar Cinta. Ia tidak merasa perlu mengganti namanya di akte kelahiran, karena peristiwa dia CONVERT itu sudah membuatnya bahagia. Ternyata dia serius, tidak bercanda.
Saya menganggapnya beruntung. Karena untuk memeluk suatu keyakinan dia mengalami fase jatuh cinta. Menangis karena senang dan sedih jadi satu. Senang karena dia merasakan cinta Tuhan yang luar biasa dari orang-orang yang mengasihinya tetapi sedih karena ditinggalkan orang-orang yang dikasihinya. Jatuh cinta? Ya. Karena dia sibuk mendeklarasikan statusnya yang baru. Menjadi Kristen.
"Apa yang mendorongmu untuk jadi Kristen, sayang?"
"Karena mimpi, Nge. Gue mimpi beberapa kali ada cahaya terang sekali. Dan entah kenapa gue pengen pergi ke Gereja."
"Cahaya terang itu apa, Kar?"
"Gue yakin itu Tuhan Yesus, tapi gue nggak bisa menjelaskannya dengan kata-kata."
Suatu kali dia mendekatiku dan bilang,
"Nge, pinjami aku buku Kristen, dong. Gue mimpi naik jalanan menanjak bareng loe."
"Wah, jangan-jangan loe harus ikut menderita bareng gue?!"
"Mungkin. Gue sekarang nggak punya teman Nge. Banyak teman yang bilang gue gila. Mungkin kalau keluarga gue tahu, mereka juga akan menjauhi gue. Cuman belum siap aja bilang ke mereka."
"Kar, kalau suatu saat loe merasa sendiri, ingat aja, orang yang sedang berada paling dekat dengan loe itu saudara loe. Saudara dalam arti sebenarnya bukan hubungan darah, tapi proses."
"Iya Nge. "
TB dan TB
Saya sudah jarang sekali pergi ke Gereja. Sekarang saya menganggap bahwa menguduskan diri itu terintegrasi dengan tindakan kita. Entah mengapa saat itu saya pergi ke gereja tempat dulu saya dibaptis. Dan saya telat misa paling pagi hingga harus menunggu misa berikutnya. Seorang pemuda rambut cepak menyapa saya.
"Mau misa Mbak?"
"Ya."
Lalu kami terlibat pembicaraan serius. Dia ingin jadi pastor. Ada beberapa teman masa kecil saya yang sekarang sudah menjadi pastor. Yang paling unik adalah kenyataan bahwa TB dari keluarga yang muslim, bahkan sebuah pesantren didirikan dengan namanya. Dia seorang anak lelaki satu-satunya dalam keluarga di Banten yang keturunan darah biru. Tadinya dia ingin jadi Pendeta tetapi setelah keluarganya luluh dengan keinginan kerasnya minta dia untuk jadi Pastor. Saya bilang, kenapa harus jadi Imam? Jadi seorang Kristen saja tidak gampang kok. TB bilang dalam keluarga dia sering dididik sebagai seorang pemimpin. Jadi menjadi seorang Imam adalah totalitas panggilannya.
Keluarga almarhum ayahnya tidak setuju. Dan seringkali dia diikuti orang. Kosnya pernah kemalingan. Dan dia harus menemani ibunya yang sakit. Lalu ternyata dia tidak lulus untuk mengikuti pembaptisan. Karena prosentasi kehadiran yang tidak mencukupi. Sebagai seorang pengajar teologi reliquiem di suatu universitas tentunya pengetahuan cukup. Dia sudah berarguman dengan katekis dan pastor paroki.
Mungkin karena jalan hidupnya, dia putus dari pacarnya yang terakhir karena pacarnya masuk Kristen. Dan sekarang dia...
"Saya pernah ketemu dengan seorang pastor yang nama depannya TB. Saya senang dan mengira dia juga dari Serang. Ternyata bukan. TB itu singkatan dari Thomas Beckett. Saya ingin nama baptis saya Thomas Beckett."
Dia pernah mengajari saya ayat Kristen dalam bahasa Arab, namun suatu saat, sampai saat ini HP-nya tidak lagi bisa dihubungi.
Saya pernah bilang ketika dia mengeluh soal kesusahannya secara pribadi, bahwa susah atau senang yang sekarang akan jadi landasan untuk menguatkan kamu di masa depan. :)
Suatu kali saya tanya pada seorang pastor,
"Mo, pegangan hidup orang atheis itu apa ya?"
Email saya tidak dijawab. Lalu email saya kirim kembali dan saya terima jawaban yang setengah marah-marah.
"Orang atheis itu ya tidak punya pegangan hidup tho Nge. Nggak punya iman, harapan dan cinta. Kalau ada orang atheis yang merasa pegangan hidup dan tidak merasa kosong, mungkin sebenarnya dia tidak atheis."
Oke, tapi saya kadang merasa empty. Apakah sebenarnya saya sedang meniadakan Tuhan?
Ada beberapa peristiwa yang kalau dicarikan hubungan kausalnya, sampai saat ini belum dapat saya temukan. Mereka adalah 3 orang yang hadir dalam hidup saya. Tidak ada yang kebetulan dalam nama Tuhan. Mungkin saya alami sekarang saya tidak mengerti tetapi saya yakin suatu saat saya akan mengerti.
Sekar Cinta
Saya sempat menertawakan seorang teman yang dengan gegap gempita mengatakan bahwa dirinya akan dibaptis di gereja. Namanya Nurul dan setelah dibabtis namanya menjadi Esther Sekar Cinta. Ia tidak merasa perlu mengganti namanya di akte kelahiran, karena peristiwa dia CONVERT itu sudah membuatnya bahagia. Ternyata dia serius, tidak bercanda.
Saya menganggapnya beruntung. Karena untuk memeluk suatu keyakinan dia mengalami fase jatuh cinta. Menangis karena senang dan sedih jadi satu. Senang karena dia merasakan cinta Tuhan yang luar biasa dari orang-orang yang mengasihinya tetapi sedih karena ditinggalkan orang-orang yang dikasihinya. Jatuh cinta? Ya. Karena dia sibuk mendeklarasikan statusnya yang baru. Menjadi Kristen.
"Apa yang mendorongmu untuk jadi Kristen, sayang?"
"Karena mimpi, Nge. Gue mimpi beberapa kali ada cahaya terang sekali. Dan entah kenapa gue pengen pergi ke Gereja."
"Cahaya terang itu apa, Kar?"
"Gue yakin itu Tuhan Yesus, tapi gue nggak bisa menjelaskannya dengan kata-kata."
Suatu kali dia mendekatiku dan bilang,
"Nge, pinjami aku buku Kristen, dong. Gue mimpi naik jalanan menanjak bareng loe."
"Wah, jangan-jangan loe harus ikut menderita bareng gue?!"
"Mungkin. Gue sekarang nggak punya teman Nge. Banyak teman yang bilang gue gila. Mungkin kalau keluarga gue tahu, mereka juga akan menjauhi gue. Cuman belum siap aja bilang ke mereka."
"Kar, kalau suatu saat loe merasa sendiri, ingat aja, orang yang sedang berada paling dekat dengan loe itu saudara loe. Saudara dalam arti sebenarnya bukan hubungan darah, tapi proses."
"Iya Nge. "
TB dan TB
Saya sudah jarang sekali pergi ke Gereja. Sekarang saya menganggap bahwa menguduskan diri itu terintegrasi dengan tindakan kita. Entah mengapa saat itu saya pergi ke gereja tempat dulu saya dibaptis. Dan saya telat misa paling pagi hingga harus menunggu misa berikutnya. Seorang pemuda rambut cepak menyapa saya.
"Mau misa Mbak?"
"Ya."
Lalu kami terlibat pembicaraan serius. Dia ingin jadi pastor. Ada beberapa teman masa kecil saya yang sekarang sudah menjadi pastor. Yang paling unik adalah kenyataan bahwa TB dari keluarga yang muslim, bahkan sebuah pesantren didirikan dengan namanya. Dia seorang anak lelaki satu-satunya dalam keluarga di Banten yang keturunan darah biru. Tadinya dia ingin jadi Pendeta tetapi setelah keluarganya luluh dengan keinginan kerasnya minta dia untuk jadi Pastor. Saya bilang, kenapa harus jadi Imam? Jadi seorang Kristen saja tidak gampang kok. TB bilang dalam keluarga dia sering dididik sebagai seorang pemimpin. Jadi menjadi seorang Imam adalah totalitas panggilannya.
Keluarga almarhum ayahnya tidak setuju. Dan seringkali dia diikuti orang. Kosnya pernah kemalingan. Dan dia harus menemani ibunya yang sakit. Lalu ternyata dia tidak lulus untuk mengikuti pembaptisan. Karena prosentasi kehadiran yang tidak mencukupi. Sebagai seorang pengajar teologi reliquiem di suatu universitas tentunya pengetahuan cukup. Dia sudah berarguman dengan katekis dan pastor paroki.
Mungkin karena jalan hidupnya, dia putus dari pacarnya yang terakhir karena pacarnya masuk Kristen. Dan sekarang dia...
"Saya pernah ketemu dengan seorang pastor yang nama depannya TB. Saya senang dan mengira dia juga dari Serang. Ternyata bukan. TB itu singkatan dari Thomas Beckett. Saya ingin nama baptis saya Thomas Beckett."
Dia pernah mengajari saya ayat Kristen dalam bahasa Arab, namun suatu saat, sampai saat ini HP-nya tidak lagi bisa dihubungi.
Saya pernah bilang ketika dia mengeluh soal kesusahannya secara pribadi, bahwa susah atau senang yang sekarang akan jadi landasan untuk menguatkan kamu di masa depan. :)
Komentar