Langsung ke konten utama

Dari Tanah Rawamangun Menuju Pondok Petir


Ini saya tulis untuk suami tercinta, Djangkriek. Perjalanan panjang bangsa kesayangan Tuhan kabarnya sampai 40 tahun sampai ke tanah yang dijanjikan Tuhan, tanah Kanaan. Mereka harus pergi karena diusir dari tanah orang, tanah Mesir. Seperti Djangkriek, setelah diusir dari rumah yang telah ditinggali sejak kecil dan setelah kedua orang tuanya meninggal, saatnya ia mendekati impiannya. Betapa bangganya bisa membantunya dalam proses ini.

Menepis populernya jualan KPR BTN, Djangkriek bersikeras mengumpulkan uang untuk membangun sebuah rumah. Buat saya, ini juga sebuah hadiah untuk kedua orang tua Djangkriek. Bagaimanapun yang penting bukan harga sebuah rumah, tetapi fungsi rumah, arti rumah, ketika kita mengusahakannya dan sejarah apa yang ada di baliknya.

Seorang kerabat bilang: "Yang penting Home bukan House." Saya sangat setuju, ini suatu bentuknya. "Demi cita-cita keluarga kita", kata Djangkriek. Demi cinta, menurut saya menambahkan. Tindakan lebih keras dari kata-kata.

Komentar