Semalam aku nonton acara wawancara eksklusif dengan Pak Habibie, eks Presiden kita. Dan aku nggak percaya bahwa beliau masih berkata-kata seperti orang jatuh cinta, tentang mendiang istrinya, "Wajah dan senyum Ibu ada di dalam semua sistem saya."
Aku terlanjur yakin bahwa 'jatuh cinta' adalah suatu fase. Sesudahnya orang harus kembali hidup realistis, nggak ada lagi kata romantis dan sebagainya. Ternyata aku salah, banyak pasangan suami istri yang masih dapat menjaga romantisme dalam hidup perkawinan. Bahkan sampai 48 tahun 10 hari, seperti Pak Habibie.
Mungkin karena aku sering mengamati kehidupan suami isteri yang monoton. Suami saya pernah berkomentar, minta saya menebak pasangan yang ada di seberang kami di kereta api waktu itu, Aku menebak bahwa mereka sudah suami istri karena mereka adalah pasangan yang tidak banyak bicara. Yang satu membaca koran, sementara sang istri membaca majalah. "Tidak ada hal lagi yang perlu dibicarakan. Karena yang satu sudah mendapatkan yang lain," kata suamiku. Apakah betul begitu?
Daya tahan cinta itu luar biasa. Kadang kala cinta hadir justru di tengah kepedihan, dan mempersatukan 2 jiwa. Cinta itu juga anugrah, karenanya orang dapat memberi dan menerima, bahkan melengkapi. Kalau sudah saling menyakiti atau membuat kita sakit hati, hati-hati, jangan-jangan itu bukan cinta. Cinta antara dua insan adalah komunikasi antar jiwa, keduanya. Resepnya untuk menjaga romantisme bisa tanya kepada yang berpengalaman seperti Pak Habibie, hehehe. Mungkin yang dirasakan bukanlah 'jatuh cinta' di saat remaja kepada Alm. Ibu Ainun, tetapi menjaga hubungan tetap mesra sampai '48 tahun 10 hari' itu luar biasa.
Karena jatuh cinta itu berjuta rasa, ingat-ingat apa yang mau kita lakukan sesudahnya, kenalilah pribadi masing-masing, antara 'aku' dan pasangan. Apakah kalian ditakdirkan oleh Tuhan untuk hidup bersama sampai maut memisahkan?
Aku terlanjur yakin bahwa 'jatuh cinta' adalah suatu fase. Sesudahnya orang harus kembali hidup realistis, nggak ada lagi kata romantis dan sebagainya. Ternyata aku salah, banyak pasangan suami istri yang masih dapat menjaga romantisme dalam hidup perkawinan. Bahkan sampai 48 tahun 10 hari, seperti Pak Habibie.
Mungkin karena aku sering mengamati kehidupan suami isteri yang monoton. Suami saya pernah berkomentar, minta saya menebak pasangan yang ada di seberang kami di kereta api waktu itu, Aku menebak bahwa mereka sudah suami istri karena mereka adalah pasangan yang tidak banyak bicara. Yang satu membaca koran, sementara sang istri membaca majalah. "Tidak ada hal lagi yang perlu dibicarakan. Karena yang satu sudah mendapatkan yang lain," kata suamiku. Apakah betul begitu?
Daya tahan cinta itu luar biasa. Kadang kala cinta hadir justru di tengah kepedihan, dan mempersatukan 2 jiwa. Cinta itu juga anugrah, karenanya orang dapat memberi dan menerima, bahkan melengkapi. Kalau sudah saling menyakiti atau membuat kita sakit hati, hati-hati, jangan-jangan itu bukan cinta. Cinta antara dua insan adalah komunikasi antar jiwa, keduanya. Resepnya untuk menjaga romantisme bisa tanya kepada yang berpengalaman seperti Pak Habibie, hehehe. Mungkin yang dirasakan bukanlah 'jatuh cinta' di saat remaja kepada Alm. Ibu Ainun, tetapi menjaga hubungan tetap mesra sampai '48 tahun 10 hari' itu luar biasa.
Karena jatuh cinta itu berjuta rasa, ingat-ingat apa yang mau kita lakukan sesudahnya, kenalilah pribadi masing-masing, antara 'aku' dan pasangan. Apakah kalian ditakdirkan oleh Tuhan untuk hidup bersama sampai maut memisahkan?
Komentar