Seperti yang diceritakan Antonius kepada Redi.
- Ini adalah sepenggal kisah dalam hidupku yang mengajarkan aku betapa berartinya sebuah kehidupan dalam hidupku.
Tahun 2006 tepatnya awal Mei aku menginjakkan kaki di ibu kota, berharap dari kampung mendapat kehidupan yang lebih baik. Ah, ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Sambutan Ibu Kota tidak ramah. Uang yang aku bawa dari kampung tidak cukup untuk menyewa tempat tinggal. Bahkan untuk makan dua hari pun tidak cukup. Aku bingung dan tak tahu apa yang harus aku lakukan. Sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang teman yang mengajak aku mengamen. Akhirnya aku pun berbaur dengan kehidupan jalanan dan sejenak melupakan mimpiku karena aku memang sudah hanyut dalam keputusasaan.
Tahun 2007 akhirnya aku mendapatkan sebuah pekerjaan. Betapa senang hatiku. Mimpiku kembali dan aku banyak berharap dari pekerjaanku. Karena begitu senangnya aku lupa dengan semuanya. Aku menjadi terbuai dengan sejumlah uang yang dipercayakan Boss kepadaku. Uang yang diamanatkan kepadaku diselewengkan, aku gunakan untuk berfoya-foya dan membeli sebuah sepeda motor.
Terjadilah suatu peristiwa yang tidak akan aku lupakan seumur hidupku. Mungkin Tuhan marah padaku. Siang itu seperti biasa aku mengerjakan tugasku sebagai seorang Sales. Aku tidak punya firasat apa-apa. Seperti biasa aku dan teman-teman bertaruh adu cepat sampai ke kantor dengan uang taruhan Rp. 100.000,-. Aku menyanggupi tantangan itu. Memang hari itu pikiranku lagi semrawut. Aku tidak konsentrasi. Belum sampai ke kantor tiba-tiba di tengah jalan ada truk SPBU melintang. Dengan kecepatan tinggi aku pun tidak dapat menghentikan laju motorku yang memang sengaja tidak dilengkapi dengan rem. Aku pun menabrak truk itu dan tak sadarkan diri.
“Apa yang membuat kamu hidup?” tanya dokter ketika aku bangun dan tersadar. Ternyata aku koma selama dua minggu.
“Saya masih punya adik dan ibu di kampung,” jawabku dan aku ceritakan semua yang aku alami kepada dokter.
Komentar