Rrrrrrt.. sms datang dari Kanjeng Ratu:
"Mbak, ditanya Kanjeng Rama..."
Saya jadi ingat duluuuu, sewaktu saya masih kecil, saya sering menanyakan kapan Kanjeng Rama dan Ratu pulang kantor.. Kelihatannya sekarang keadaan berbalik... Sekarang Kanjeng Rama yang sering menanyakan kapan saya pulang, tentunya karena saya yang domisilinya paling dekat. Adik perempuan saya tinggal di lain pulau dan adik laki2 saya tinggal di lain kota. Itu sebabnya saya selalu menyempatkan diri untuk pulang ke Nipah Hills (rumah masa kecil) walau hanya satu dua jam untuk sekedar menemani Kanjeng Rama makan malam, minum obat atau mengobrol sampai beliau tertidur.
Suatu kali Kanjeng Ratu sempat marah saat saya sibuk cuci piring di dapur dan meninggalkan Kanjeng Rama di kamar sendirian. Kanjeng Ratu menegur,
"Mumpung kamu di sini gunakan waktu untuk menemani Bapak dong"
Ah ya saya pikir benar juga, cuci piring tidak lebih penting daripada menemani Kanjeng Rama. Kualitas pertemuan saya dengannya akan berkurang kalau saya tidak menggunakan kesempatan itu.
Saya ingat peristiwa Emaus di mana murid Yesus jadi berkurang kepercayaannya karena ketidakhadiran Yesus. Juga Thomas, muridnya yang kurang percaya bahwa gurunya telah bangkit.
Mudah-mudahan Kanjeng Rama percaya bahwa anak-anaknya tetap mengasihinya walau tidak dapat telpon atau mengunjungi tiap hari karena keterbatasan kami.
Kenangan akan seorang yang tiada itu indah jika kita dapat mengingat kebaikan-kebaikannya seperti kata Yesus:
"Kenangkanlah Aku dengan merayakan peristiwa ini" Harapannya, murid-murid Yesus akan mengenang gurunya dan bukan peristiwa makan-makannya :)
Agar kami tetap percaya Dia mengasihi kami walau pastinya tidak dapat bertemu fisik denganNya.
"Mbak, ditanya Kanjeng Rama..."
Saya jadi ingat duluuuu, sewaktu saya masih kecil, saya sering menanyakan kapan Kanjeng Rama dan Ratu pulang kantor.. Kelihatannya sekarang keadaan berbalik... Sekarang Kanjeng Rama yang sering menanyakan kapan saya pulang, tentunya karena saya yang domisilinya paling dekat. Adik perempuan saya tinggal di lain pulau dan adik laki2 saya tinggal di lain kota. Itu sebabnya saya selalu menyempatkan diri untuk pulang ke Nipah Hills (rumah masa kecil) walau hanya satu dua jam untuk sekedar menemani Kanjeng Rama makan malam, minum obat atau mengobrol sampai beliau tertidur.
Suatu kali Kanjeng Ratu sempat marah saat saya sibuk cuci piring di dapur dan meninggalkan Kanjeng Rama di kamar sendirian. Kanjeng Ratu menegur,
"Mumpung kamu di sini gunakan waktu untuk menemani Bapak dong"
Ah ya saya pikir benar juga, cuci piring tidak lebih penting daripada menemani Kanjeng Rama. Kualitas pertemuan saya dengannya akan berkurang kalau saya tidak menggunakan kesempatan itu.
Saya ingat peristiwa Emaus di mana murid Yesus jadi berkurang kepercayaannya karena ketidakhadiran Yesus. Juga Thomas, muridnya yang kurang percaya bahwa gurunya telah bangkit.
Mudah-mudahan Kanjeng Rama percaya bahwa anak-anaknya tetap mengasihinya walau tidak dapat telpon atau mengunjungi tiap hari karena keterbatasan kami.
Kenangan akan seorang yang tiada itu indah jika kita dapat mengingat kebaikan-kebaikannya seperti kata Yesus:
"Kenangkanlah Aku dengan merayakan peristiwa ini" Harapannya, murid-murid Yesus akan mengenang gurunya dan bukan peristiwa makan-makannya :)
Agar kami tetap percaya Dia mengasihi kami walau pastinya tidak dapat bertemu fisik denganNya.
Komentar