Langsung ke konten utama

Sic Transeat Gloria Mundi

Di daerah Jawa Tengah, di sebuah kota penghasil rokok terbesar di Indonesia, berdirilah rumah nenek moyang kami. Rumahnya sangat besar, tembok bata menjulang tinggi, halamannya luas, beberapa pohon rambutan berbuah lebat, merah dan manis-manis buahnya. Dulu saya, dan adik-adik saya, biasa bermain di pekarangannya. Kadang, digelarlah meja pingpong di teras rumah. Beberapa pemuda sering datang untuk bermain pingpong. Saya tidak pernah bertemu Eyang Putri dan Kakung, tapi cukup kenal dari foto mereka yang sudah menguning dan cerita tentang mereka. Pahamlah bagaimana karakter mereka bisa mengalir dalam diri saya...

Kalau kami berjalan ke dapur, di sana kami jumpai topeng-topeng Semar, Petruk, Gareng dan Bagong, menjadi ciri khas pawon yang di ujung depannya langsung merupakan pintu keluar yang tiap siang hari hanya tertutup tirai bambu. Sumur ada di tengah belakang..., tepat di seberang ruang keluarga ada sebuah rumah kecil yang merupakan rumah makan. Tepat di samping kiri sumur adalah tempat jemuran...

Tempat istirahat berupa kamar-kamar yang diisi tempat tidur khas yang tinggi dan berkelambu. Sewaktu kecil saya fobia dengan ranjang jenis itu.. takut jatuh...

Semua itu akan jadi kenangan...karena ada seseorang yang ingin menjadikannya uang, uang dan uang... padahal saya percaya Sic Transeat Gloria Mundi (segala kemuliaan duniawi akan segera mengepul musnah).... harta tidak pernah dibawa mati...

Note: Untuk Bapak, supaya Bapak cepat sembuh, dan jangan pikirkan 'orang itu'.

Komentar