Langsung ke konten utama

Tuntutan Menjadi Kritis dan Kreatif


"Berawal dari lolosnya satu sperma yang menembus sel telur membentuk zigot, begitu uniknya maha cipta seorang anak manusia dimulai" begitu kata fasilitator yang membawakan materi motivasi bagi para sukarelawan-sukarelawati yang pernah saya ikuti. Bapak tua yang energik itu mau menyampaikan betapa luar biasanya tiap individu yang tengah jadi audience-nya pada waktu itu. Seperti kata Victor Frankle,"Setiap pribadi adalah unik, dan unik pula kesempatan yang diberikan kepadanya untuk mengemban tugas dan kewajibannya"

Tapi tidak semua orang memanfaatkan keunikan dirinya (karena tidak pernah dicitrakan seperti itu). Mereka melakukan hal yang biasa-biasa, bekerja karena kebiasaan dan berprestasi yang biasa aja.

Namun kita menggemari pertunjukkan, mengagumi pemain sirkus yang berjalan di atas tali, biduanita yang menyanyi 3 oktaf, memberikan apresiasi yang luar biasa pada orang luar biasa. Sadarilah, ada 70% orang dari kita adalah penonton, 20% orang yang terheran-heran, dan hanya 10% dari kita yang menjadi pelaku.

Tidak ada paksaan untuk menjadi orang biasa atau luar biasa. Tidak ada pula paksaan untuk menjadi kreatif (umumnya kreatifitas timbul saat kepepet atau survive). Namun kreatifitas adalah hasil dari proses berpikir, produksi instrumen paling mulia yang dibuat Pencipta. Laurie Beth Jones dalam bukunya menulis,"Bekerjalah dengan talenta yang tertinggi."

Sementara sebagai seorang pembosan saya butuh hal baru setiap hari. Lalu, apakah kreatif itu penting? Dengan budaya menjiplak yang memprihatinkan saat ini, tentunya kita bisa menjawab. Bahwa dengan menghayati nilai kreatif itu juga, secara aktif pasif, kita mampu menghargai lisensi orang lain dan bersikap lebih etis.

Saat ini banyak produk dan jasa yang dikemas dengan sentuhan personal, eksklusif, membuat seseorang memiliki nilai identitas yang tinggi. Tapi sampai kapan dan apakah nilai yang didapat jika kita kerap membeli eksklusifitas untuk pencitraan diri terus menerus sementara di dalam diri ternyata kita perlu menutupi rasa tidak nyaman kita?

Jadilah otentik, dengan tetap kritis. Jangan sekedar jadi korban iklan, terseret trend, berlomba mengenakan style. Dengan kritis dan kreatif, secara sadar kita mampu berpikir out of the box, menciptakan hal baru, mencapai kepenuhan diri kita, sedikit unggul dari yang lain, tidak mengapa :).

Komentar