Langsung ke konten utama

Kue Tart Eksperimen

RRRRRRRRRRRRRR. Kali ini bukan bunyi alarm mobile phone yang membangunkanku. Tapi mixer-nya Miss Housewife, roomate-ku. Oh-oh. Kalau tadi malem ada bau-bau-an Dji Sam Soe cowoknya yg berkunjung dari Kendari, skrg bau kue (yummy) plus bunyi-annya. "Maaf ya Mbak Ing, jadi terbangun, aku mesti buru2 nih, ternyata cake yg kemarin gue bikin kurang tinggi." "Gak pa-pa." Aku memang udah kesiangan, seh. "Ada yg bisa ku-bantu?" "Tolong masukin mentega dong." Satu. "Tolong pegangin mixer, dong aku mau lihat oven sebentar." Dua. "Apalagi, Dek?" "Mbak Inge mau mandi?" "Iya" " Abis itu aku ya?!" Berarti ini bantuan berupa mempercepat laju sabun dan guyuran air. "OK". Ini kejadian paginya.

"Haloooo, gimana? Sukses?!" Pintu terbuka seiring teriakanku. Abis pulang novena hari ke- tujuh. Yang kesaksian tadi cerita tentang kehamilan anak pertamanya. Bikin ngiri.
"Itu kuenya udah jadi di depan," informasi ini disampaikan Miss Housewife dengan mimik muka keheranan.
"Hah, oh iya, sorry matanya setengah merem jadi kelewatan. Wow, cantik sekaleee. Boleh dimakan nggak?"
"Boleh," katanya.
"Udah difoto belum?!
"Udah"
"Kalau udah jadi kasih gue ya."
"Potong aja Mbak Ing."
"Belum tega. Masih pengin ta' lihat2." Aku berujar sambil ngeloyor ke kamar mandi.

Nggak tega aku kalau hasil dari terkantuk2nya Miss Housewife lenyap dalam sekejap, meski potongan kuenya cuma di tingkat 2 dan 3nya aja seh. Kalau sedang bikin bunga bisa berjam2 dan wajah udah mirip monyet, Yuni suka minta tenaga sama tetangga2 sebelah kamar. Kata Miss Selfish, "Jangan kuatir, nanti ada penilaian buat pembokat." "Asisten!" seruku sambil tertawa, karena Miss Chit-chat sudah pasang wajah cemberut.

Komentar