Alarm berbunyi. Waktunya bangun, tapi mata ini masih berat sekali. Penghuni kos-kosan yg lain masih tidur. Baru aku yang bangun. Roomateku, Miss Housewife, perawat Rumah Sakit Santo, dinas sore, jadi dia bebas bangun siang. Nggak pake cuci muka-gosok gigi seperti ajaran Bapak, rutinitas pagi kumulai, nyuci-nyetrika-mandi-pakai baju-berangkat kantor. Baju-baju biasa direndam air sabun dari malam hari, jadi pagi tinggal dikucek-jemur.
Ketika asyik ngucek2 di belakang, pintu kamar sebelah terbuka, temanku yang eks perawat sekarang kerja di asuransi kesehatan sudah siap bawa handuk ke kamar mandi, "Dijemput Mata Keranjang, Miss Selfish?!" seruku. "Ho-oh", jawaban disusul pintu kamar mandi yang ditutup, tapi nggak bisa dikunci, karena Queen Collectormasih menunda untuk memperbaiki entah dengan alasan apa lagi. Selfish itu penghuni dengan postur paling tinggi. Kulitnya putih, rambut panjang, wajahnya seperti B'Jork, imut-lucu. Rambutnya udah tambah panjang sekarang. Cuma mestinya dia pakai kawat gigi sekitar 2 tahunan-lah supaya giginya nggak maju tak gentar. Tetap kelihatan cakep kok, makanya aku usulkan dia daftar jadi model aja. Tapi orangnya nggak mau, dia mesti kerja pake otak katanya. Ups, si Mata Keranjang sudah nangkring di atas motornya, di depan jendela etalase kos-kosan, pasti kerjaannya Chit-Chat udah buka gorden pagi-pagi buta. Amal gairah deh...
Roomateku keluar dengan wajah setengah tidur, truuus menuju WC belakang, biasa, setoran.
"Mbak Inge, di kamar mandi siapa?" sesama penggemar susu Ultra kemasan 2200 sudah bangun. "Eeeeh, Sneakry, ada Heni tuh, tumben udah bangun" kataku surprised.
"Mau ujian, Mbak"
"Ooooh,"aku cuma bisa manggut-manggut. Baju2 yg siap jemur langsung aku pasang di hanger2. Nggak banyak, karena aku nyuci tiap hari. Kalau nggak gitu nggak kedapetan tempat juga, kerena yang lainnya kalau nyuci berkilo-kilo.
Si Sneakry ini termasuk mahasiswi yang modis dan sporty, kalo kuliah biasa pakai t-shirt dan sneakers warna senada plus semprotan parfum Body Shop yg segeerrr. Biasanya klo brangkat bareng pagi2 kita mampir dulu di warung untuk beli susu kotak. Saya ke Kampus Perjuangan dia ke Kampus Separatis, jurusan Hubungan Internasional.
Kadang2 minum susu kotaknya absen, krn saya misa di Kapel Susteran, bersebelahan dengan Rumah Gadis2 Abadi jam 05.45. Tapi lebih sering telatnya. Mungkin cuma hari2 mereka itu yang lebih panjang dari orang lain seperti saya. Mereka ini mesti pagi2 bangun buat apel dengan inspektur Pastor Bertangan Satu. Jadwal bangun paginya bener2 saingan sama tukang beling. Kadang kalau ada special event mereka nyanyi dengan susunan kornya yang merdu. Sayang, cuma sesekali.
Kadang si Sneakry yang keheranan kenapa gue pergi pagi2 buta begitu. Akhir2 ini dia juga memilih nebeng Miss Curly, kakak merangkap roomatenya dan Tongki, calon iparnya. 2 sejoli itu sama2 mahasiswa kedokteran Kampus Perjuangan....dan kalo lagi mesra naik becak india deh.
Sementara salin pakaian, pintu depan kamar terbuka, Peri Handuk, cewek religius kos-kosan ini sudah siap berangkat. Pagi ini aku belum pergoki dia baca Alkitab bagian yang mana. Kadang aku nyontek ikut2an baca apa yang dia baca. Klo nggak ngerti kan bisa tanya dia aja. Srrrooot ....dia semprot dulu kakinya sebelum dibungkus selop bukan sendal bukan pantovel. Mungkin di nggak perlu nyemir selopnya seperti aku yang lagi tertib pakai pantovel. Cuma mau nurutin kata Bapak Pengawas Ketertiban kalau aku milih2 alas kaki buat ke kantor. Konservatif banget. Tapi efektif juga kok buat ruangan ac-ku yang bikin beku.
Ketika asyik ngucek2 di belakang, pintu kamar sebelah terbuka, temanku yang eks perawat sekarang kerja di asuransi kesehatan sudah siap bawa handuk ke kamar mandi, "Dijemput Mata Keranjang, Miss Selfish?!" seruku. "Ho-oh", jawaban disusul pintu kamar mandi yang ditutup, tapi nggak bisa dikunci, karena Queen Collectormasih menunda untuk memperbaiki entah dengan alasan apa lagi. Selfish itu penghuni dengan postur paling tinggi. Kulitnya putih, rambut panjang, wajahnya seperti B'Jork, imut-lucu. Rambutnya udah tambah panjang sekarang. Cuma mestinya dia pakai kawat gigi sekitar 2 tahunan-lah supaya giginya nggak maju tak gentar. Tetap kelihatan cakep kok, makanya aku usulkan dia daftar jadi model aja. Tapi orangnya nggak mau, dia mesti kerja pake otak katanya. Ups, si Mata Keranjang sudah nangkring di atas motornya, di depan jendela etalase kos-kosan, pasti kerjaannya Chit-Chat udah buka gorden pagi-pagi buta. Amal gairah deh...
Roomateku keluar dengan wajah setengah tidur, truuus menuju WC belakang, biasa, setoran.
"Mbak Inge, di kamar mandi siapa?" sesama penggemar susu Ultra kemasan 2200 sudah bangun. "Eeeeh, Sneakry, ada Heni tuh, tumben udah bangun" kataku surprised.
"Mau ujian, Mbak"
"Ooooh,"aku cuma bisa manggut-manggut. Baju2 yg siap jemur langsung aku pasang di hanger2. Nggak banyak, karena aku nyuci tiap hari. Kalau nggak gitu nggak kedapetan tempat juga, kerena yang lainnya kalau nyuci berkilo-kilo.
Si Sneakry ini termasuk mahasiswi yang modis dan sporty, kalo kuliah biasa pakai t-shirt dan sneakers warna senada plus semprotan parfum Body Shop yg segeerrr. Biasanya klo brangkat bareng pagi2 kita mampir dulu di warung untuk beli susu kotak. Saya ke Kampus Perjuangan dia ke Kampus Separatis, jurusan Hubungan Internasional.
Kadang2 minum susu kotaknya absen, krn saya misa di Kapel Susteran, bersebelahan dengan Rumah Gadis2 Abadi jam 05.45. Tapi lebih sering telatnya. Mungkin cuma hari2 mereka itu yang lebih panjang dari orang lain seperti saya. Mereka ini mesti pagi2 bangun buat apel dengan inspektur Pastor Bertangan Satu. Jadwal bangun paginya bener2 saingan sama tukang beling. Kadang kalau ada special event mereka nyanyi dengan susunan kornya yang merdu. Sayang, cuma sesekali.
Kadang si Sneakry yang keheranan kenapa gue pergi pagi2 buta begitu. Akhir2 ini dia juga memilih nebeng Miss Curly, kakak merangkap roomatenya dan Tongki, calon iparnya. 2 sejoli itu sama2 mahasiswa kedokteran Kampus Perjuangan....dan kalo lagi mesra naik becak india deh.
Sementara salin pakaian, pintu depan kamar terbuka, Peri Handuk, cewek religius kos-kosan ini sudah siap berangkat. Pagi ini aku belum pergoki dia baca Alkitab bagian yang mana. Kadang aku nyontek ikut2an baca apa yang dia baca. Klo nggak ngerti kan bisa tanya dia aja. Srrrooot ....dia semprot dulu kakinya sebelum dibungkus selop bukan sendal bukan pantovel. Mungkin di nggak perlu nyemir selopnya seperti aku yang lagi tertib pakai pantovel. Cuma mau nurutin kata Bapak Pengawas Ketertiban kalau aku milih2 alas kaki buat ke kantor. Konservatif banget. Tapi efektif juga kok buat ruangan ac-ku yang bikin beku.
Komentar